Perumusan Intruksional
PERUMUSAN TUJUAN INTRUKSIONAL
TUJUAN INTUKSIONAL
1. Bermacam
– macam tujuan pendidikan
Setiap
negara tentu mempunyai cita-cita tentang warga negaranya akan diarahkan.
Cita-cita tersebut dimenifesikan dalam bentuk tujuan pendidikannya. Sebagai
contoh, negara sparta ingin mengarahkan warga negaranya menjadi manusia yang
sehat jasmani dan rohaninya makan tujuan pendidikan telah disejajarkan dengan
cita-cita tersebut.
Cita-cita bangsa indonesia adalah
terbentuknya manusia pancasila bagi seluruh warga negaranya. Tujuan
pendidikannya telah disejajarkan dengan cita-cita tersebut. Semua institusi
atau lembaga pendidikan harus mengarahkan segala kegiatan disekolahnya bagi
pencapaian tujuan itu. Inilah yang disebut dengan tujuan umum pensdidikan yang secara eksplisit tertera didalam
garis-garis besar haluan negara.
Semua aparatur pemerinah termamsuk
petugas-petugas pendidikan, harus terlebih dahulu memaham makna dari rumusan
tujuan yang sesuai dengan tingkat dan jenis pendidikan yang diselenggarakan
pada lembaga tersebut. Inilah yang disebut sebagai tujuan intruksional. Tujuan
sudah khusus diperuntukkan bagi tujuan penyelenggara sekolah/institusi ini.
Semua tujuan pendirian sekolah harus berkiblat kepada tujuan umum atau tujuan
pendidikan nasional yang telah disebut.
Dengan demikian maka tujuan pendidkn
nasional memiliki fungsi sebagai frame of
reference untuk selanjutnya dijabarkan menjadi tujuan intruksional. Sebagai
pendalaman berikut ini adlah kutipan rumusan tujuan umum tersebut:
“Pengembangan dibidang pendidikan didsarkan atas
falsafah negera pencasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia
pembangunan yang ber-pancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat
jasmani dan rohaninya memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi
dan penuh tanggung rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan
disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya mencintai sexama manusia
sesuai dengan ketentuan termaktub dalam UUD 1945.”
Kegiatan-kegiatan yang muncul dalam pola kesamaan
pendidikan, didsarkan pada rumusan tujuan pendidikan nasional ini. Sedangkan
materinya perlu diisi dari hasil studi empiris tentang harapan-harapan
masyarakat mengenai kemampuan pengetahuan dan sikap yang harus dimiliki oleh
para lulusan.
Selanjutnya, sebagai tindak lanjut dari penjabaran
tujuan umum menjadi tujua institusional, adalah perumusan lain telah disiapkan
oleh para ahli bidang studi, sebagai penanggung jawab program kurikuler.
Untuk dapat memenuhi harapan dicapainya peguasaan
terhadap program kurikuler ini, dirumuskanlah suaru tujuan yang disebut tujuan
kurikuler. Tujuan kurikuler adlah tujuan
yang dirumuskan untuk masing-masing bidang studi. Sebegitu jauh pembicara
tentang tujuan ini, apabila digambarkan dalam bentuk skema akan terlihat
seperti berikut ini.
Tujuan Umum
Pendidikan Nasional
|
Pend. Agama
|
Pend. Moral Penca-sila
|
Pend. Olah-raga
|
Bhs. Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu
peng. Alam
|
Ilmu Peng. sosial
|
Bhs. inggris
|
dst
|
|
||||||||
Pend. Agama
|
Pend. Moral Penca-sila
|
Pend. Olah-raga
|
Bhs. Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu
peng. Alam
|
Ilmu Peng. sosial
|
Bhs. inggris
|
dst
|
|
||||||||
Pend. Agama
|
Pend. Moral Penca-sila
|
Pend. Olah-raga
|
Bhs. Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu
peng. Alam
|
Ilmu Peng. sosial
|
Bhs. inggris
|
dst
|
|
||||||||
Pend. Agama
|
Pend. Moral Penca-sila
|
Pend. Olah-raga
|
Bhs. Indo-nesia
|
Mate-matika
|
Ilmu
peng. Alam
|
Ilmu Peng. sosial
|
Bhs. inggris
|
dst
|
TI
TI
TI
TI
TKur. TKur. TKur.
TKur. TKur. TKur.
TKur. TKur.
TI= Tujuan Institional
TKur.= Tujuan kurikurer
Dari
skema tersebut akan mudah dipahami bahwa:
a. Tujuan
institional adalah tujuan dari masing-mamsing institusi atau lembaga. Misalnya:
1) Tujuan
Sekolah Dasar,
2) Tujuan
Sekolah Menengah Pertama
3) Tujuan
Sekolah Pendidikan Guru, dan sebagainya yang masing-masing sudah direncanakan
sesuai dengan lulusannya.
b. Tujusn
Kurikurer adalah tujuan dari masing-masing bidang studi. Misalnya:
1) Tujuan
Pelajaran Pendidikan Agama,
2) Tujuan
peajaran Matematika,
3) Tujuan
pelajaran Ilmu Pengetahui Sosial,
dan
sebagainya, yang akan berbeda dari satu bidang dari satu bidang studi kebidang
studi lain, dan juga dari tingkat institusi yang satu ke tingkat institusi yang
lain. Akan tetapi, antara tujuan kurikurer sesuatu institusi ada hubungan
dengan tujuan kurikuler institusi yang lain.
c. Tiap-tiap
tujuan, baik institusional maupun tujuan kurikurer selalu merupakan sumbangan
bagi tercapainya tujuan umum, yakni tujuan pendidikan nasional.
2.
TUJUAN
INSTRUKSIONAL (Instructional Objectives)
Materi
sesuatu bidang studi tidak mungkin menjadi milik kita, tanpa dipelajari
terlebih dahulu, baik dipelajari sendiri maupun diajarkan oleh guru. Proses
atau kegiatan mempelajari materi ini terjadi dalam saat terjadinya situasi
belajar-mengajar atau instruksional inilah maka timbul istilah tujuan
instruksional, yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahua, kemampuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil
pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur.
Ada 2 (dua) macam tujuan
instruksional, yaitu:
a.
Tujuan Instruksional Umum (TIU),
b.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Perbedaan atas 2 (dua) macam tujuan
ini didasarkan atas luasnya tujuan yang akan dicapai sehingga apabila
dibagankan akan terlihat dibawah ini:
Tujuan
Intruksional Umum
(TIU)
|
Apakah
tujuan intruksional itu memang perlu? Didalam merumuskan tujuan intruksional hartis
diusahakan agar tampak bahwa setelah tercapainya tujuan itu terjadi adanya
perubahan pada diri anak yang meliputi kemampuan, intelektual, sikap/minat
maupun keterampilan yang oleh Bloom dan kawan-kawannya dikenal sebagai aspek
kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor seperti telah diterangkan
terdahulu.
Bekerja tanpa diketahui arahnya sama halnya dengan
berlayar tanpa diketahui mau ke pulau mana kapal akan dilarikan. Kapal itu akan
berputar-putar saja di tengah lautan luas, kadang-kadang menghadap ke barat,
kadang-kadang menghadap ke timur dan
sebagainya dan akhirnya tidak diketahui apa hasil yang telah dilakukan.
Demikian pula halnya dengan mengajar. Guru yang tidak mengetahui apa tujuan
mengajarnya, tidak akan jelas setiap kegiatan yang dilakukan.
Demikian ada kecenderungan bagi guru
untuk menentukan tujuan pelajarannya pada masalah penyelesaian bahan. Dalam
satu jam mengajar guru telah menargetkan berapa bab atau berapa bagian bahan
akan diselesaikan dalam jam pelajaran itu. Akibatnya guru tersebut akan
terpaku pada bahan, dan apabila dilihat waktunya hampir habis, ia menerangkan
dengan cepat agar target yang telah ditetapkan tercapai, tanpa memperhatikan
apakah siswanya dapat memahami pelajarannya atau tidak.
Dalam pembaruan sistem pendidikan yang berlaku di
Indonesia sekarang ini, setiap guru dituntut untuk menyadari tujuan dari
kegiatannya mengajar dengan titik tolak kebutuhan siswa. Oleh karena pertama
yang ia lakukan adalah membuat tujuan instruksinonal. Dengan tujuan
instruksional:
a.
Guru mempunyai
arah untuk:
1)
Memilih
bahan pelajaran,
2)
Memilih prosedur
(metode) mengajar,
b.
Siswa mengetahui
arah belajarnya
c.
Setiap guru
mengetahui batas-batas tugas dan wewenangnya mengajarkan suatu materi sehingga
diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap)
atau saling menutup (overlap) anatara
guru.
d.
Guru mempunyai
patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.
e.
Guru sebagai
pelaksanaan daan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas
maupun efisiensi pengajaran.
3. Merumuskan Tujuan Intruksional
Telah disebutkan bahwa tujuan
instruksional adalah tujuan yang menyatakan adanya sesuatu yang dapat
dikerjakan atau dilakukan oleh siswa setelah pengajaran. Jadi sebelum adanya
pengajaran, siswa tidak mempunyai kemampuan untuk mengerjakan ataupun
melakukannya.
Contoh:
Sebelum ada pengajaran, siswa belum
dapat membuat tabel spesifikasi, sesudah pengajaran diberikan siswa dapat
membuat tabel spesifikasi.
Jadi dalam diri siswa
terjadi perubahan tingkah laku selama mengikuti program pengajaran, atau dengan
lain perkataan, perubahan tingkah laku itu merupakan hasil dari adanya proses
belajar mengajar. Oleh karena baik guru maupun siswa perlu menggetahui perubahan
apakah yang telah terjadi pada waktu pengajaran, maka perku adanya perumusan
yang jelas bagi tujuan instruksional itu.
Pada oelaksanaan
sistem-sistem baru misalnya sistem pengajaran dengan modul atau sistem yang mengguanakan strategi
belajar tuntas, tujuan instruksional ini sudah diketahui oleh siswa sebelum
pelajaran mulai.
Sebagaimana ketentuan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Sttandar Pendidikan
Nasional, kurikulum yang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Dalam ketentuan yang
tertera dalam KTSP tersebut, tujuan pendidikan tidak lagi menggunakan
istilah-istilah lama seperti Tujuan Kurikuler (TK), Tujuan Instruksional Umum
(TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) lagi, tetapi menggunakan istilah
Standar Kompetensi, disingkat SK, Kompetensi Dasar, disiingkat KD, dan untuk
istilah tujuan yang ingin dicapai oleh
guru menjadi milik siswa dikenal dengan nama ‘indikator’. Istilah
‘indikator’berasal dari bahasa Inggris to
indicate, berarti menunjukkan. Dalam hal ini indikator menunjukkan sesuatu
sebagai bukti bahwa yang ingin dicapai sudah dapat betul-betul dicapai. Proses
dan langkah sebetulnya sama saja dengan yang lama, tetapi hanya istilahnya saja
yang berbeda. Berikut ini disampaikan langkah-langkah untuk menentukan tujuan
khusus dan dalam KTSP disebut indikator. Yang juga digunakan dala istilah
tujuan pembelajaran.
4. Langkah-langkah yang Dilakukkan dalam Mmerumuskan
Tujuuan Instruksinonal Khusus
a.
Memuat sejumlah
TIU (Tujuan Instruksinoal Umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang studi yang
akan diajarakan. Di dalam kurikulum tahun 1975 maupun 1984, TIU sudah ada
tercantum dalam buku Garis-Garis Besar Program Pengajaran. Dalam merumuskan TIU
digunakan kata kerja yang sifatnya masih umum dan tidak dapat diukur karena
perubahan tingkah laku masih terjadi di dalam diri manusia (intern).
b.
Dan
masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas,
khusus, dapat diamati, terukyr, dan menujukkan perubahan tingkah laku.
Contoh-contoh
rumusan untuk TIU:
-
Memahami teori
evalusi.
-
Mengetahui
perbedaan anatara skor dan nilai.
-
Mengerti cara
mencari validita.
-
Menghayati
perlunya penilaian yang tepat.
-
Menyadari
pentingnya mengikuti kuliiah dengan teratur.
-
Menghargai
kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Dalam contoh-contoh ini digunakan kata-kata kerja:
memahami, mengetahui, mengerti, menghayati, menyadari, menghargai, dan masih
ada beberapa lagi yang sifatnya masih terlalu umum sehingga penafsirannya dapat
berbeda antara orang yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Memahami
teori evaluasi, apakah seseorang yang hanya dapat menuliskan rumus mmencari
relliabilitas sudah dapat dikatakan memahmi teori evalusi?
Menghargai
kejujuran mahasiswa dalam mengerjakan tes.
Bagaimanakah
bukti-bukti kejujuran itu?
Lagi
pula rumusan-rumusan kata kerja itu sendiri merupakan kata-kata yang
menunjukkan adanya perubahan tingkahlaku dalam diri manusia sehingga tidak
dapat dilihat.
Contoh:
Mahasiswa
mengerti cara mencari validitas suatu soal. Bagaimanakah kita tahu bahwa ia
mengerti? Apakah karena pada waktu diterangkandia tampak mengangguk-anggukkan
kepala? Boleh jadi dia mengangguk-anggukkan kepala hanya merupakan suatu usaha
agar tidak dikatakan mengantuk atau sedang melamunkan sesuatu. Tampaknya
mengangguk mereaksi kuliah, tetapi angannya melayang.
Atas dasar semua
keterangan ini maka agar dalam mengadakan evaluasi terlihat hasilnya, TIU ini
perlu diperinci lagii sehingga menjadi
jelas dan tidak dapat disalahtafsirkan oleh beberapa orang.
Rumusan TIK yang lengkap memuat 3 (tiga) komponen,yaitu :
1) Tingkah laku akhir ( terminal
behavior).
2) Kondisi demonstrasi ( condition of
demonstration or test).
3) Standar keberhasilan ( standar of
performance).
5.Tingkah laku akhir
Tingkah laku akhir adalah tingkah
laku yang diharapkan setelah seseorang mengalami proses belajar.Di sini tingkah
laku ini harus menampakkan din dalam suatu perbuatan yang diamati dan diukur (
observable and measurable ).
Contoh :
-
Menuliskan
kalimat perintah
-
Mengalikan
pecahan persepuluhan
-
Menggambarkan
kurva normal
-
Menyebutkan
batas-batas Daerah Istimewa Yogyakarta
-
Menerjemahkan
bacaan Inggris ke dalam bahasa Indonesia
-
Menceritakan
kembali uraian guru
-
Mendemonstrasikan
cara mengukur suhu
-
Mengutarakan
pendapatnya mengenai sesuatu yang dikemukakan
guru
-
Menjelaskan
hasil bacaan dengan kalimat sendiri,dan lain-lain lagi yang berujud kata kerja
perbuatan/operasional ( action verb ) yang dapat di amati dan di ukur.
6.Kata-kata Operasional
a. Cognitive Domain; level and
corresponding action verbs
1) Pengetahuan ( knowledge )
Mendefinisikan,mendeskripsikan,mengidentifikasikan,mendaftarkan,menjodohkan,menyebutkan,menyatakan
( states ),mereprosuksi.
2) Pemahaman ( comprehension )
Mempertahankan,membedakan,menduga(estimates),menerangkan,memperluas,menyimpulkan,menggeneralisasikan,memberikan
contoh,menuliskan kembali,memperkirakan.
3) Aplikasi
Mengubah,menghitung,mendemonstrasikan,menemukan,memanipulasikan,
memodisikan,mengoperasikan,meramalkan,menyiapkan,menghasilkan, menghubungkan,menunjukkan,memecahkan,menggunakan.
4) Analisis
Memerinci,menyusun
diagram,membedakan,mengidentifikasikan,mengilustrasikan,menyimpulkan, menunjukkan,menghubungkan,memilih,memisahkan,membagi
(subdivides).
5) Sintesis
Mengategorikan,mengombinasikan,mengarang,menciptakan,membuat
desain,menjelaskan,memodifikasikan,mengorganisasikan,menyusun,membuat
rencana,mengatur
kembali,merekonstruksikan,menghubungkan,mereorganisasikan,merevisi, menuliskan
kembali,menuliskan,menceritakan.
6) Evaluasi
Menilai,membandingkan,menyimpulkan,mempertentangkan,mengkritik,
mendeskripsikan,membedakan,menerangkan,memutuskan,menafsirkan, menghubungkan,membantu(
supports).
b. Affective Domain; Learning Levels and
Corresponding Action Berbs
1) Reesiving
Menanyakan,memilih,mendeskripsikan,mengikuti,memberikan,mengidentifikasikan,menyebutkan,menunjukkan,memilih,menjawab.
2) Responding
Menjawab,membantu,mendiskusikan,menghormat,berbuat,melakukan,
membaca,memberikan,menghafal,melaporkan,memilih,menceritakan,menulis.
3) Valuing
Melengkapi,menggambarkan,membedakan,menerangkan,mengikuti,membentuk,mengudang,menggabung,mengusulkan,membaca,melaporkan,memilih,bekerja,mengambil
bagian (share),mempelajari.
4) Organization
Mengubah,mengatur,menggabungkan,membandingkan,melengkapi,mempertahankan,menerangkan,menggeneralisasikan,mengidentifikasikan,mengintegrasikan,mendofinisikan,mengorganisir,menyiapkan,menghubungkan,mensitesiskan.
5) Characterization by value or value
complex
Membedakan,menerapkan,mengusulkan,memperagakan,mempengaruhi,mendengarkan,memodifikasikan,mempertunjukkan,menanyakan,merevisi,melayani,memecahkan,menggunakan.
c.
Psyhomotor Domain
Kata-kata operasional untuk aspek
psikomotor harus menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati
meliputi :
1) Muscular or motor skills
Mempertontonkan
gerak,menunjukkan hasil (pekerjaan tangan),melompat,menggerakan,menampilkan.
2) Manipulations of materials or object
Mereparasi,menyusun,membersihkan,menggeser,memindahkan,membentuk.
3) Neuromuscular coordination
Meengamati,menerapkan,menghubungkan,menggandeng,memadukan,
memasang,memotong,menarik,menggunakan.
Kata-kata yaang telah
disajikan di atas merupakan kata-kata kerja yang dipakai dalam merumuskan
tujuan instuksional khusus bagi siswa-siswa belajar yang belajar,sehingga
rumusan seutuhnya menjadi pernyataan-pernyataan,sebagai berikut :
1) Siswa dappat menjumlahkan
bilangan-bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan.
2) Siswa dapat menunjukkan letak
gunung-gunug yang ada di Jawa Tengah.
3) Siswa dapat menceritakan kembali isi
bacaan tentang kisah keluarga.
7. Kondisi Demonstrasi
Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu
kondisi atau situasi yang dikenakan kepada siswa pada saat ia mendemonstrasikan
tingkah laku akhir,misalnya :
·
Dengan
penulisan yang betul.
·
Urut
dari yang paling tinggi.
·
Dengan
bahasanya sendiri
Dengan demikian maka rangkaian
kata-kata dalam rumusan TIK menjadi :
·
Siswa
dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan dengan
penulisan yang betul.
·
Siswa
dapat menunjukkan letak gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah,urut dari yang
paling tinggi.
·
Siswa
dapat menceritakan kembali isi bacaan tentang kisah keluarga dengan bahasanya
sendiri.
Kata-kata bercetak miring itulah yang
menunjukkan standar keberhasilan.
Standar keberhasilan adalah komponen TIK yang menunjukkan
seberapa jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh penilai bagi tingkah laku
pelajar pada situasi akhir.
Tingkatan keberhasilan dapat dinyatakan dalam jumlah maupun
presentase misalnya:
·
Dengan
75% betul,
·
Sekurang-kurangnya
5 dari 10,
·
Tanpa
kesalahan
Dengan tambahan tingkat keberhasilan ini maka bunyi rumusan
TIK menjadi:
·
Siswa
dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan tanpa
kesalahan.
·
Siswa
dapat menyebutkan kembali kota-kota yang ada di Jawa Barat, urut dari yang
paling berat, dengan hanya 25% kesalahan.
Yang umum dikerjakan sampai saat ini hanya sampai tingkah laku akhir
saja;
Setelah kurikulum tahun 1975 berjalan beberapa tahun
timbullah berbagai ketidakpuasan di kalangan para pengembang kegiatan belajar mengajar.
Dikatakan bahwa tujuan belajar yang dimaksud terlalu bersifat behavioristik,
yakni mementingkan tingkah laku, di samping juga hanya bersifat output
oriented, Ykni terlalu mementingkan hasil.
Dengan tekanan pada hal-hal tersebut, guru berusaha memberikan
sebanyak-banyaknya informasi, pengertian dan konsep-konsep kepada siswa.
Pengembangan kegiatan belajar-mengajar yang mengarah pada proses, belum
mendapatkan perhatian sepenuhnya.
Dengan keluarnya kurikulum 1984, tekanan pada hasil ini agak
dikurangi. Dalam kurikulum 1984 proses belajar mengajar lebih banyak ditekankan
pada bagaimana seseorang memperoleh hasil.
Dalam pedoman pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa dalam
kegiatan belajar mengajar guru diharruskan memperhatikan pula keterampilan
siswa dalam hal memperoleh hasil, yakni memperoleh keterampilan tentang
prosesnya. Pendekatan ini disebut dengan istilah pendekatan keterampilan proses
(PKP). Keterampilan-keterampilan yang dimaksud meliputi keterampilan dalam hal:
a. Mengamati,
b. Menginterpretasikan (menafsirkan)
hasil pengamatan,
c. Meramalkan,
d. Menerapkan konsep,
e. merencanakan penelitian,
f.
Melaksanakan
penelitian, dan
g. Mengkomunikasikan hasil penemuan.
Sesuai
dengan tuntutan tersebut maka guru dalam merumuskan tujuan instruksional khusus
harus mengandung apa yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar
(keterampilan yang mana), bagaimana menunjukan kemampuan atau hasilnya (tingkah
laku) dan perolehannya. Untuk mempermudah tugas ini, dalam buku GBPP kurikulum
1984, tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam stu rumusan
yang menjelaskan:
a. Materi yang dipelajari,
b. Perilaku mengutarakan hasil, dan
c. Proses penapaiannya.
Isi (pokok bahasan)
|
PKP*
|
Tingkah laku
|
1)
PKP*
|
Isi (pokok bahasan)
|
Tingkah laku
|
2)
Gabungan PKP dan tingkah laku
|
3)
Isi (pokok bahasan)
|
PKP =
Pendekatan Keterampilan Proses
Contoh
rumusan TIK
Model 1. Siswa mampu melakukan eksperimen untuk selanjutnya dapat
menerangkan kepad kawan-kawan sekelasnya tentang proses osmase.
Model 2. Ssiswa dapat menjelaskan perbedaan di sebagai kata depan
dan di sebagai awalan melalui pengamatan contoh-contoh yang diberikan oleh
guru.
Model 3. Siswa mampu menginterpretasikan hsil pengamatan dan
menerangkan hubungan kata-kata dalam suatu kalimat.
Komentar
Posting Komentar